Itu Fakta yang Harus Diketahui
19 July 2011 | 11:34
248
0
Nihil
http://metro.kompasiana.com/2011/07/19/itu-fakta-yang-harus-diketahui/
JAKARTA- Tulisan yang berjudul Permohonan Maaf: Penghapusan 3 Tulisan (19 July 2011 10:30) Ketiga judul tulisan tersebut adalah: (Hari Ini Setahun yang Lalu (15 July 2011 08:28), Kunjungan ke Kebun Raya Bogor (15 July 2011 09:29), serta Singgah Dahulu ke Istana Presiden Bogor (15 July 2011 10:29) karena itu fakta lapangan, menurut saya memang harus di tayangkan.
Untuk itu saya (Rachmad Yuliadi Nasir) setelah berfikir selama 30 menit (11:00 WIB), Selasa, Jakarta, 19 Juli 2011, pasca penghapusan tulisan di atas dan menanyangkan kembali ketiga tulisan tersebut, demikian untuk di maklumi bersama. Itu fakta yang harus di ketahui. Setiap kejadian yang saya lihat, saya rasakan dan menurut saya harus di tulis, memang harus di tulis, tidak ada paksaan dari seorang pun.
Bila saudari Andhini Sayu Fauzia berkeberatan dan ingin membawa ke ranah hukum, saya (Rachmad Yuliadi Nasir) mempersilakan dengan segala hormat. Saya bertanggung jawab atas segala semua perbuatan yang telah saya perbuat, terima kasih banyak.
BERIKUT KETIGA TULISAN TERSEBUT :
Hari Ini Setahun yang Lalu
JAKARTA-Tidak terasa sudah setahun peristiwa itu terjadi, hari ini 15 Juli 2011 tepat setahun rombongan dari Jakarta hendak menuju ke Bogor dengan singgah dulu ke Taman Mini Indonesia Indah. Disitulah mula-mula jalinan emosi kita terbentuk, mari kita kenang peristiwa manis itu kembali.
Perhelatan akbar Mahkamah Konstitusi Asia yang di ikuti oleh 26 negara termasuk Negara di luar Asia antara lain yaitu: Austria, Jerman, Maroko, Turki, sejak tanggal 12-15 Juli 2010 di Jakarta, Hotel The Ritz Carlton, Mega Kuningan, pada acara Konferensi ke-7 Hakim MK Asia.
Konferensi yang dibuka secara resmi di Istana Negara oleh Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) ini juga di hadiri oleh ketua, Wakil Ketua dan para Hakim Konstitusi RI, juga di hadiri oleh para Hakim Konstitusi periode 2003-2008, para anggota Forum konstitusi serta para Guru Besar Tata Negara yang berasal dari perguruan tinggi dari seluruh Indonesia.
Hari itu, kamis, 15 Juli 2010, tepat jam 06:30 WIB, saya telah tiba di hotel The Ritz Carlton, Mega Kuningan, untuk mengikuti sesi program budaya, di jadwal acara dikatakan berkunjung ke TMII dan Istana Presiden Bogor, kelihatan sesi inilah yang paling menarik. Sesi lainnya adalah acara main golf di Sentul Bogor dan makan siang di Istana Presiden Bogor. Di luar hotel sudah menunggu 4 buah bis untuk mengangkut para utusan delegasi. Dari lobby menuju toilet sebentar, titipin tas di resepsionis dulu, saat saya datang orang-orang di lobby hotel pada pucat semua.
Jam 07:00 WIB beberapa orang sudah menunggu di lobby hotel untuk berangkat, panitia di lantai 4 sedang bergegas. Di media center sudah sepi sudah di beresin semua komputer, tersedia nasi goreng, kopi dan teh di lantai 4, sarapan pagi dulu, duduk di tepi kaca sambil memandang ke arah luar hotel.
Karyawan hotel The Ritz Carlton, Mega Kuningan, yang cewek lewat mukanya merah sambil tersenyum, AC hotel dingin sekali, nasi gorengnya pedas sekali, setengah jam berikutnya perut kok mules sekali, kelihatannya tidak mau kompromi, ke toilet dulu untuk mengatasi problem ini.
Jam 07:45 WIB beberapa orang di lobby atas sudah bersiap-siap, kelihatan 2 bis sudah menuju depan hotel, beberapa mobil sedan utusan delegasi dari kedutaan besar, setneg, orang-orang Mahkamah Konstitusi berjejeran di sisi hotel. Tidak lama kemudian mobil sedan datang keluar ibu Ketua hakim Mahkamah Konstitusi, ibu Mahfud MD bersama putrinya masuk ke lobby hotel.
Bus pertama sudah penuh di isi para utusan delegasi, bus kedua masih kosong, beberapa tamu sudah naik, saya naik ke bus kedua bersama para LO, jam 08:00 WIB, bus pertama dan kedua berjalan beriringan turun dari lobby hotel menuju sisi lapangan terbuka di Mega kuningan. Di bawah hotel terlihat bus 3 dan bus 4 masih menunggu, datang lagi mobil dari Mahkamah Konstitusi naik ke atas.
Cukup lama juga menunggu mereka turun dari lobby hotel, hampir setengah jam lamanya, di bus kenalan dulu dengan beberapa orang LO, tepat 08:25 WIB rombongan dari bus 1 hingga bus 4 beriringan jalannya di kawal patroli polisi dan ambulan kesehatan dari Mahkamah Konstitusi lewat Mega Kuningan, jalan Denpasar Raya, samping Balai Kartini, masuk jalan Gatot Subroto dan masuk tol menuju Taman Mini Indonesia Indah.
Petugas bus sibuk membagikan kotak kecil yang berisi kue-kue untuk di nikmati para rombongan dan pemandu rombongan memberikan penjelasan tentang TMII dan tempat-tempat yang disinggahi, bila ada gedung/kantor yang menarik saat lewat pemandu juga menjelaskan kepada para tamu.
Tepat jam 09:15 WIB rombongan tiba di TMII dengan kawalan langsung dari pihak pengelola TMII. Kunjungan pertama adalah anjungan Sumatera Barat (Padang), bus berhenti tepat di depan anjungan tersebut. DIA keluar dari bus belakang, memakai baju batik biru celana panjang hitam sambil menenteng kamera fhoto, agak kaget DIA saat lewat di samping bus yang saya tumpangi, saat itu tepat saya berdiri di depan pintu bus, DIA di samping saya, mukanya merah sekali. Berkumpul di depan anjungan, DIA sibuk fhoto-fhoto disitu, naik ke atas keliling ajungan, DIA curi-curi pandang sambil memotret ibu Mahfud MD dan lewat di samping saya…ya pasti mukanya merah, hampir setengah jam rombongan di anjungan ini.
Rumah Gadang di Anjungan Sumatera Barat adalah Rumah Gadang Sembilan Ruang Empat Lirik, yang ditandai oleh jajaran tiang-tiang di tengahnya. Rumah ini merupakan rumah panggung karena lantainya jauh di atas tanah, dan lazim pula disebut rumah Bagonjong atau rumah Gonjong, karena atapnya runcing. Lengkungan pada atapnya mirip dengan bentuk tanduk kerbau, sedangkan badan rumahnya juga melengkung, landai seperti badan kapal. Bentuk dinding rumah yang membesar ke atas disebut Silek, hal ini untuk menghindari tempias dikala hujan.
Rumah gadang di anjungan Sumatera Barat tidak terdapat bilik atau kamar tidur, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan yaitu sebagai ruang pameran. Di ruang tengah dipamerkan barang-barang hasil kerajinan, alat-alat musik tradisional di antaranya talempong genta, kain tenun silungkang, serta beberapa pakaian adat dari tiap Kabupaten. Pada anjungan sebelah kiri dipergunakan peragaan perlengkapan pelaminan, pengantin adat Padang Pariaman, sedang anjungan sebelah kanan sebagai peragaan struktur pemerintahan kerajaan Pagaruyung dengan boneka-boneka yang berpakaian adat.
DIA turun dari rumah gadang dan membisiki sesuatu kepada putri Mahfud MD. Ketika mau naik bus, DIA lewat disisi saya, mukanya merah sambil tersenyum.
Selanjutnya semua delegasi naik kembali ke bus masing-masing dan menuju anjungan provinsi Bali. Kami disambut dengan tarian Bali yakni Tari Barong. Tarian ini merupakan tarian yang ditarikan oleh dua orang penari laki-laki, seorang memainkan bagian kepala barong serta kaki depan, dan seorang lagi memainkan bagian kaki belakang dan ekor. Barong yang berbentuk binatang mytologi ini banyak sekali macamnya, ada yang kepalanya berbentuk kepala singa, harimau, babi hutan jantan (bangkal), gajah, lembu atau keket. Keket oleh orang Bali dianggap sebagai raja hutan yang disebut pula dengan nama Banaspati Raja.
Tarian lain juga di tampilkan oleh 2 orang wanita, beberapa utusan negara asing asik menari bersama dan fhoto-fhoto, DIA juga terus memfhoto para rombongan. Tarian lain juga di tampilkan oleh 2 orang wanita, beberapa utusan negara asing asik menari bersama dan fhoto-fhoto, DIA juga terus memfhoto, saat itu putri mahfud MD senyum-senyum ke arah saya.
Bali juga disebut Pulau Dewata karena alamnya yang indah dan banyak pura tempat persemayaman para dewa. Sebagian besar penduduk Bali memeluk agama Hindu. Agama Hindu mengenal banyak Dewa sebagai manifestasi Tuhan Yang Mahaesa (sang Hyang Widhi Wasa) di dalam melaksanakan kekuasaan yang tak terbatas atas alam semesta.
Anjungan Bali tampil dalam bentuk lingkungan perumahan tradisional Bali di atas tanah seluas 8.000 m2, ditata berdasar pola arsitektur tradisional yang bersumber pada Lontar Astha Kosala-Kosali yang di dalamnya mengandung falsafah tri hita karana. Bangunan model puri, dibatasi tembok keliling (penyengker). Pintu gerbang berupa candi bentar diapit patung Hanoman dan Hanggada dari epos Ramayana sebagai penolak bala. Di depan candi bentar terdapat bale benggong yang berfungsi sebagi tempat istirahat dan bersantai sambil melihat suasana sekitar, karena itu letaknya lebih tinggi dan berbentuk panggung.
Kemudian ada bangunan sanggah penunggu karang tempat persembahan sesaji kepada Banaspati agar wilayah jaba tengah terlindung dari marabahaya. Di sisi timur terdapat bale wantilan/pengambuhan sebagai tempat kegiatan masyarakat, seperti rapat bulanan, pertemuan muda-mudi, latihan menggamel dan menari sekaligus sebagai tempat pentas. Di sisi barat terdapat bale paruman sebagai tempat musyawarah keluarga dan untuk mempersiapkan sesaji menjelang upacara keagamaan. Bale paruman di Anjungan Bali difungsikan sebagai tempat penjulan benda-benda kerajinan khas Bali.
Akhirnya kami keliling anjungan Bali ini, saya jalan sendiri keluar dari rombongan melihat-lihat pura Bali, entah dari mana, tiba-tiba DIA datang dari belakang saya, mengejar kemana saya jalan tetapi dalam jarak 3 meter, saya jalan DIA jalan, saya berhenti maka DIA pun berhenti jalannya, ada 7 kali peristiwa itu terjadi, sudah tentu mukanya merah sekali. Kelihatannya, saat saya jalan, Dia tadi sibuk memfhoto diri saya, ketika saya berhenti dan melihat belakang kok tidak mau memfhoto. DIA terus mengikuti hingga saya tiba di ujung masuk toilet, kok ngak muncul? Kemana ya DIAnya. Ke toilet dulu, padahal toilet cewek dan toilet cowok bersisian dipisahkan oleh tembok pembatas. Saya keluar dari toilet, Dia tidak ada lagi di situ. Rombongan bersiap-siap masuk ke bus masing-masing untuk menuju anjungan lainnya.
Kunjungan di TMII berakhir di anjungan Jawa Tengah, Anjungan ini menampilkan tujuh bangunan tradisional, yakni Pendopo Agung sebagai bangunan utama, pringgitan, tajuk mangkurat, Sasono Suko, joglo pengrawit apitan, dara gepak, dan panggung terbuka Ojo Dumeh. Selain itu, di dalam anjungan ini ditampilkan juga bangunan miniatur Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Mendut.
Pendopo Agung merupakan bangunan tanpa dinding beratap joglo, tiruan pendhapa Pura Mangkunegaran, Surakarta, ditopang empat saka guru berukir, dengan dua patahan atap: penanggap yang ditopang 12 saka goco dan penitih yang ditopang 12 saka rawa. Sesuai fungsi aslinya pendhapa digunakan untuk pertemuan resmi serta menggelar seni dan upacara adat. Pringgitan bersambung di belakang pendhapa, beratap limas, digunakan untuk memamerkan koleksi pakaian adat.
Gedung serbaguna joglo pangrawit apitan merupakan bangunan dengan empat saka guru, digunakan sebagai tempat gamelan jika ada pergelaran di panggung terbuka, tempat rias para penari atau artis yang akan pentas di panggung terbuka, untuk menyimpan barang-barang peralatan, serta untuk peragaan pembuatan wayang kulit, batik, dan objek wisata di Jawa Tengah.
Di anjungan ini kami di suguhi beberapa tarian, makanan dan minuman yakni, kopi, teh, kue-kue, serabi, kacang, buahan-buahan (anggur, lengkeng, salak, jeruk). Saya melihat proses pembuatan batik tulis, DIA terus menerus memfhoto diri saya, liat-liat pendopo lalu ke toilet sebentar. Kembali saya ke tiang susut kiri pendopo sambil melihat tarian, tiba-tiba DIA datang dari belakang pendopo menuju arah saya, jalannya cepat.
Terjadi beberapa dialog:
“Mas…kamu tahu acara ini dari mana?” ujar DIA.
“Khan ada di jadwal acara” ujar saya kalem.
“Kamu naik bus nomor berapa?” ujar DIA.
“Nomor dua, kamu nomor berapa” ujar saya
“Nomor empat” ujar DIA.
“mmm…udah ya…” ujar DIA sambil tersipu malu.
Padahal tidak ditanya pun sebenarnya DIA sudah tahu, bahwa saya naik bus nomor dua karena saat turun dari bus di anjungan Sumatera Barat TMII, ketika saya keluar bus, DIA di samping saya, bisa lihat nomor busnya yang di ketik besar-besar. Memang sih jadwal acara saya dapat dari Fitri di media center, kantor Mahkamah Konstitusi. Di media center hotel The Ritz Carlton, Mega Kuningan, semalam saya dapat informasi jadwal sama tidak ada perubahan, cuman pagi ini si Fitri tidak ikut jalan-jalan, entah kemana Si Fitri hari ini, anak-anak jurnalis lainnya kok tidak ada juga, kebetulan di MK hari ini ada sidang tentang Yusril pasti semua kalangan jurnalis pada meliput sidang ini.
Heran sih DIA kemarin-kemarin, bertahun-tahun saya datang ke Mahkamah Konstitusi, DIA cuek saja terhadap saya, kok hari ini lain sekali, ada apa dengan kamu sih? Pasti DIA baca status facebook saya yang saya tulis semalam, “Mata saya perih, bengkak merah melihat cewek cantik muter-muter terus didepan saya, harus pakai kacamata kelihatannya”. Dijawab oleh seorang wanita yang sering komentar di FB saya,” Wah…saya juga harus pakai kacamata kalau lihat cowok ganteng”. Memang sih pagi ini saya pakai kacamata baca yang baru, jadi terserah kamu deh mau apa…(Oh…dhini…dhini…dhini).
DIA akhirnya berfoto dengan temannya dari MKTV, ceria sekali DIA hari ini…tertawa riang gembira, jam 11:15 WIB rombongan bersiap keliling TMII dan keluar menuju kebun raya Bogor.
DIA itu bernama Andhini Sayu Fauzia.
==========================================================================
Kunjungan ke Kebun Raya Bogor
JAKARTA-Pasca acara Perhelatan akbar Mahkamah Konstitusi Asia rombongan berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Acara yang di ikuti oleh 26 negara termasuk Negara di luar Asia antara lain yaitu: Austria, Jerman, Maroko, Turki, sejak tanggal 12-15 Juli 2010 di Jakarta, Hotel The Ritz Carlton, Mega Kuningan, pada acara Konferensi ke-7 Hakim MK Asia. Disitulah mula-mula jalinan emosi kita terbentuk, mari kita kenang peristiwa manis itu kembali.
Konferensi yang dibuka secara resmi di Istana Negara oleh Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) ini juga di hadiri oleh ketua, Wakil Ketua dan para Hakim Konstitusi RI, juga di hadiri oleh para Hakim Konstitusi periode 2003-2008, para anggota Forum konstitusi serta para Guru Besar Tata Negara yang berasal dari perguruan tinggi dari seluruh Indonesia.
Dari Taman Mini Indonesia Indah (TMII), tepat jam 11:15 WIB rombongan selanjutnya menuju Bogor memasuki tol jagorawi, masuk kota Bogor rombongan langsung di kawal oleh patroli polisi kota Bogor, jalanan agak lenggang karena ruas-ruas jalan yang kami lewati di tutup sementara demi kelancaran bus-bus rombongan tiba di Kebun Raya Bogor, sebagian masyarakat Bogor melambai-lambaikan tangannya ke arah bus rombongan.
Tiba di Kebun Raya Bogor tepat jam 12:15 WIB, sebelumnya melewati sisi samping Istana Presiden Bogor, cuaca cukup terik sekali, turun dulu menuju aula pertemuan di sambut lagu-lagu sunda dan kata-kata sambutan selamat datang serta penjelasan tentang Kebun Raya Bogor oleh pihak pengelola.
DIA datang mendekat, mukanya merah sambil fhoto-fhoto di aula pertemuan, DIA berkata,”Mas…kita di belakang saja ya… di sudut itu saja, biar rombongan di depan.” Wajahnya adem sekali, DIA tersenyum manis.
Disini disunguhi bajigur, teh, kopi, coptil, jagung rebus, talas Bogor, kacang rebus, uli. Ambil air mineral dulu untuk membasahi tenggorokan yang gerah karena kepanasan, penjelasan demi penjelasan, cuman 15 menit disini, kemudian kami makan cemilan bersama, DIA malu-malu, ke toilet dulu, tiolet cuman ada dua buah untuk cowok, yang antri ramai sekali.
Kami keliling kebun Raya Bogor, penjelasan tentang Kebun Raya Bogor oleh petugas khusus Kebun Raya Bogor yang didirikan pada tahun 1817 dengan luas areal 87 Ha atas prakarsa Prof. Dr. Reinwadt, seorang ahli botani dari Jerman. Koleksi di Kebun Raya Bogor terdiri dari tanaman tropis dengan jenis tanaman lebih dari 20.000 tanaman yang tergolong dalam 6.000 spesies. Berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda No. 13 Bogor-Jawa Barat.
Rombongan di bawa ke area kebun yang rindang dipasang beberapa banner yang isinya penjelasan tentang Rafflesia dan bunga bangkai, Rafflesia Patma ini tidak besar seperti bunga bangkai. Bentuk yang cantik dengan kelopak yang besar, terlihat tebal dan kokoh berwarna nila bila berkembang. Muncul diantar pohon mahoni dan akar yang melingkar di sekelilingnya, para peneliti mengatakan 5 hari hari bunga ini akan mekar dan di pasang kamera serta di hubungan dengan projector, bongkolnya kecil seperti kelapa jatuh, coklat gelap. Ada seorang cewek peneliti bunga ini dari LIPI, saat saya bertanya dengan peneliti ini DHINI sibuk mengambil foto beberapa kali. Memang saya belakangan kembali ke bus, DHINI sudah menunggu kok tidak muncul-muncul si Rachmad kemana? Akhirnya saya muncul juga, DIA kaget dan merah wajahnya.
Menuju rumah anggrek atau kawasan Orchidarium (rumah anggrek) terdiri atas berbagai spesies anggrek dari 500 spesies anggrek alam di seluruh Indonesia. Anggrek di sini sebagian besar diperbanyak dengan cara in vitro di laboratorium dengan kultur jaringan yang kemudian dialamkan, sebelumnya sudah ada rumah kaca khusus untuk anggrek, namun kondisinya semakin pengap, sehingga koleksi anggrek dalam botol-botol tersebut dialamkan dengan cara ditanam di tanah atau ditempelkan di pohon.
Dari 60 spesies koleksi in vitro itu, ada 30 spesies yang kemudian ditanam di luar, terdiri dari anggrek alam langka dan endemik, juga yang terancam punah dan dilindungi. Di rumah kaca, anggrek tersebut sebagian besar merupakan anggrek yang berasal dari Jawa Barat, seperti dari Cianjur yang banyak diburu kemudian menjadi langka dan beberapa diselamatkan di Kebun Raya Bogor.
Setiap jenis anggrek di Rumah Anggrek dirawat khusus oleh para peneliti. Maklum anggrek termasuk tumbuhan yang rumit perawatannya. Mulai dari penyiangan hingga penyiraman harus mendapat perhatian khusus. Anggrek tak mudah beradaptasi dengan cuaca dan iklim yang berbeda dengan habitat aslinya.
Sudah jam 13:15 WIB, waktunya makan siang, kasihan bule-bule itu kepanasan, gerah berkeringat, sebagian besar mereka tidak mau turun, itu yang di bus saya, yang di bus depan (nomor 1) banyak yang turun juga, sebenarnya saya tidak mau turun agak malas. letak rumah anggrek ini agak kebawah ada tangga yang melingkar untuk turun.
Dhini rupanya sudah menunggu, si Rachmad belum turun dari bus? DIA memfhoto lagi, mukanya merah di tangga untuk turun ke bawah. Koleksi anggreknya bagus sekali, suasananya sejuk tenteram. DHINI diujung jalan sebelah kanan, saya di sebelah kiri berlawanan arah, wajahnya aneh…hening…menatap tajam ke arah saya…bisa di tabrak DIA kalau saya jalan pas di depan DIA…tetapi DHINI kok cantik sekali kamu seperti itu…kenapa ya…mungkin terbawa suasana romantis di rumah anggrek yang harum sekali. Seperti biasanya saya belakang balik ke bus, DHINI dengan setia menunggu di sisi bus, mukanya merah sekali, setelah saya naik bus, baru DHINI naik bus juga. Siap-siap menuju Istana Presiden Bogor untuk makan siang.
Keliling kebun raya Bogor
DIA itu bernama Andhini Sayu Fauzia.
===========================================================================
Singgah Dahulu ke Istana Presiden Bogor
JAKARTA-kunjungan rombongan pada acara Konferensi ke-7 Hakim MK Asia di Istana Presiden Bogor adalah sesi terakhir program wisata. Tidak terasa sudah setahun peristiwa itu terjadi. Disitulah mula-mula jalinan emosi kita terbentuk, mari kita kenang peristiwa manis itu kembali.
Perhelatan akbar Mahkamah Konstitusi Asia yang di ikuti oleh 26 negara termasuk Negara di luar Asia antara lain yaitu: Austria, Jerman, Maroko, Turki, sejak tanggal 12-15 Juli 2010 di Jakarta, Hotel The Ritz Carlton, Mega Kuningan, pada acara Konferensi ke-7 Hakim MK Asia.
Konferensi yang dibuka secara resmi di Istana Negara oleh Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) ini juga di hadiri oleh ketua, Wakil Ketua dan para Hakim Konstitusi RI, juga di hadiri oleh para Hakim Konstitusi periode 2003-2008, para anggota Forum konstitusi serta para Guru Besar Tata Negara yang berasal dari perguruan tinggi dari seluruh Indonesia.
Dari kebun raya Bogor, tepat jam 13:30 WIB rombongan menuju Istana Presiden Bogor untuk kunjungan dan sesi makan siang, gerah juga perjalanan ini. Tiba di Istana Presiden jam 13:45 WIB, rombongan berfhoto bersama di tangga Istana Presiden Bogor.
Istana Kepresidenan Bogor terletak kurang lebih 60 kilometer dari Jakarta, atau 43 kilometer dari Cipanas. Istana ini berada di jantung kota Bogor, di atas tanah seluas 28,86 hektar, di ketinggian 290 meter dari permukaan laut. Itulah sebabnya udara dan alam di sekitar istana ini sejuk dan indah.
Selepas mata memandang, terbentang hamparan rumput yang segar menghijau dan pohon-pohon rindang, berpadu dengan beberapa bangunan istana yang sarat nilai sejarah. Selain menjadi tuan rumah dari berbagai macam flora, Istana Bogor juga merupakan tuan rumah dari berbagai benda-benda seni seperti patung dan lukisan.
Saat ini, masyarakat yang ingin melihat dan mengenal Istana Bogor lebih dekat lagi, dapat berkunjung ke istana ini melalui program Istana Untuk Rakyat. Sama seperti program serupa yang sudah terlebih dahulu dilakukan di Istana Kepresidenan Jakarta, masyarakat dapat mengunjungi Istana Bogor dengan persyaratan yang mudah dan gratis.
Di halamannya yang sangat luas tersebut dipelihara sekitar 591 ekor rusa tutul, dan terdapat sekitar 346 jenis pepohonan. Juga terdapat patung - patung yang cantik, seperti Si Denok karya Trubus, yang modelnya adalah Ara, istri seorang karyawan Istana Bogor serta The Hand of God, reproduksi dari Swedia.
Menurut data kepustakaan, di Istana Kepresidenan Bogor terdapat 37 bangunan. Beberapa bangunan utama nya memiliki fungsi penting.
Gedung Induk, terdiri dari delapan ruang , yaitu Ruang Garuda yang berfungsi sebagai Ruang Resepsi, disini juga pertemuan - pertemuan besar dapat dilaksanakan. Ruang Teratai yang berfungsi sebagai ruang penerimaan tamu. Ruang Film pernah berfungsi sebagai ruang pemutaran film pada masa Presiden Soekarno. Ruang Makan yang berfungsi sebagai ruang makan utama. Ruang Kerja Presiden yang pernah berfungsi sebagai tempat bekerja Presiden Soekarno. Ruang Perpustakaan yang pernah berfungsi sebagai ruang perpustakaan Presiden Soekarno. Ruang Famili dan Kamar Tidur yang berfungsi sebagai tempat / ruang tunggu Presiden jika akan mengikuti aneka acara di Ruang Garuda. Ruang Tunggu Menteri yang berfungsi sebagai ruang tunggu para menteri jika mereka akan mengikuti acara - acara di Ruang Garuda.
Gedung Utama Sayap Kiri, terdiri dari dua ruang, yaitu Ruang Panca Negara, yang pernah berfungsi sebagai ruang Konferensi Panca Negara / persiapan Konferensi Asia Afrika di Bandung, Ruang Tidur dan Ruang Tengah, yang difungsikan sebagai tempat menginap Presiden, tamu negara dan tamu agung.
Gedung Utama Sayap Kanan, berfungsi sebagai tempat menginap para Presiden sebagai tamu negara berikut tamu - tamu negara, dan tamu - tamu lainnya. Paviliun Sayap Kiri berfungsi sebagai kantor Rumah Tangga Istana Bogor, sedangkan Paviliun Sayap Kanan berfungsi sebagai tempat menginap para pejabat dan staf tamu negara.
Paviliun I-VI. Paviliun I-V kini digunakan sebagai tempat menginap para pejabat dan merupakan ruang tunggu para menteri apabila ada acara, Paviliun VI digunakan sebagai rumah jabatan kepala istal Di antara bangunan-bangunan lainnya, yang patut dicatat di sini adalah Gedung Dyah Bayurini, yang dilengkapi dengan kolam renang digunakan sebagai tempat istirahat Presiden serta keluarganya jika sedang berada di Bogor. Selain itu, terdapat Gedung Serba Guna yang berfungsi sebagai ruang serba guna: kesenian, pertemuan, tempat artis, dsb. Selebihnya bangunan-bangunan itu merupakan bangunan-bangunan pelengkap kediaman Presiden dan fungsinya pun sejalan dengan jabaran tugas dan fungsi mereka.
Rombongan dari kebun raya memasuki Istana Presiden Bogor dengan sambutan langsung oleh hakim ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan para hakim MK lainnya. Kami di suguhin kue-kue puding, es buah, es kelapa muda yang sedap sekali untuk membasahi tenggorokan karena kepanasan. DIA sibuk terus memotret sambil tersenyum manis, salaman dengan para utusan dan dengan hakim Mahmakah Konstitusi, Sekjen MK datang juga…saat datang ke tempat saya berdiri, Janedjri M Gaffar berkata, ” ya..ya..ya..,” katanya.
Rombongan dari kebun raya memasuki Istana Presiden Bogor dengan sambutan langsung oleh hakim ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan para hakim MK lainnya. Kami di suguhin kue-kue puding, es buah, es kelapa muda yang sedap sekali untuk membasahi tenggorokan karena kepanasan. DIA sibuk terus memotret sambil tersenyum manis, salaman dengan para utusan dan dengan hakim Mahmakah Konstitusi, Sekjen MK datang juga…saat datang ke tempat saya berdiri, Janedjri M Gaffar berkata, ” ya..ya..ya..,” katanya.
Beberapa orang dari EO, orang-orang Mahmakah Konstitusi datang kumpul bersama, kata mereka ” ID ini ngak penting, cuman untuk pembukaan saja.”
IDnya berbentuk seperti kartu kecil ID card harian bagi pegawai kantoran warna merah dan putih dan tali dari rantai, anak-anak ambil ID di Media Center dengan Fitri, sejak beberapa hari sebelum acara di mulai, hari senin, 12 Juli 2010, ramai yang ambil ID card, pembukaan di Istana Presiden Jakarta, Istana Merdeka, pasti anak-anak jurnalis yang biasa meliput di Istana yang datang. Senin pagi itu ada acara kerjasama antara MK Marocco dengan MK Indonesia, MK Turki yang rencananya mau MOU tidak jadi.
Pagi-pagi saya sudah datang untuk ambil jadwal acara dan ambil ID Card, kata Fitri, “Mas…kamu belakangan saja ya nanti ambilnya,” sambil tersenyum, saya lihat Fitri sudah memakai ID card baru dan ada fotonya.
Utusan delegasi masuk ruang Garuda mereka berfhoto-fhoto, DIA curi-curi pandang, mukanya merah sekali.Ruangan Garuda saksi bisu peristiwa siang itu, setelah membuat fhoto-fhoto DHINI bergerak kearah saya yang berdiri di tengah-tengah ruang Garuda, di meja tertulis “Dilarang Memotret”, saya baca kalimat tersebut, hai…Dilarang Memotret…DHINI menyampiri diri saya, hening sekali dengan penuh cinta…dhini tertuduk malu…jalannya pelan sekali saat berpapasan…aneh sekali, diruangan ini khan di pasang kamera CCTV pasti ada rekamannya, kamis, 15 Juli 2010, jam 14:00 WIB. Bagi saya pribadi inilah moment terindah bersama DHINI belakang ini.
Ruangan Garuda saksi bisu peristiwa siang itu, setelah membuat fhoto-fhoto DHINI bergerak kearah saya yang berdiri di tengah-tengah ruang Garuda, di meja tertulis “Dilarang Memotret”, saya baca kalimat tersebut, hai…Dilarang Memotret…DHINI menyampiri diri saya, hening sekali dengan penuh cinta…dhini tertuduk malu…jalannya pelan sekali saat berpapasan…aneh sekali, diruangan ini khan di pasang kamera CCTV pasti ada rekamannya, kamis, 15 Juli 2010, jam 14:00 WIB. Bagi saya pribadi inilah moment terindah bersama DHINI belakang ini.
Keluar ruang Garuda menuju ruang serba guna disisi kanan Istana Presiden Bogor, beberapa hakim Mahkamah Konstitusi masih membuat fhoto-fhoto di ruang kerja Presiden. Turun melalui tangga Istana, mereka fhoto-fhoto lagi, DIA lagi buat fhoto-fhoto rombongan. Cewek petugas Istana Presiden Bogor datang mendekat saya mukanya merah, jalannya pelan di sisi saya, mereka ikut juga dari Jakarta.
Jamuan santap siang, pidato Mahfud MD, pembagian kenang-kenangan, saya berdiri di sisi DHINI, adem sekali suasananya. Para utusan makan siang bersama, kami ke ruangan sebelah untuk para pendukung acara, EO, LO, orang-orang Mahkamah Konstitusi dan lainnya.
Saya duduk di ujung kiri, Dhini keluar dari ruang utama mengambil makan siang, saya berdiri dibelakang dhini untuk ambil santap siang, Dhini diam saja suasananya hening sekali, terlalu romantis. Tetapi makannya kami berpisah, DIA duduk di sisi kanan, saya duduk di sisi kiri. Selesai makan siang, saya ke toilet dulu lalu ke masjid Istana Presiden Bogor untuk shalat Dzuhur sekalian jamak shalat Ashar.
Persiapan kembali ke Jakarta, hakim ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD buru-buru balik duluan ke Jakarta, masing-masing naik bus yang tadi mereka tumpangi. Keliling Istana Presiden Bogor, anak-anak fhoto-fhoto lagi, itu rusanya bagus lho untuk di fhoto. Kawalan bus rombongan sudah meninggalkan Istana Presiden Bogor, jalanan kembali lenggang, anak-anak LO berkata,” Wah…kita hebat ya, semua orang kasih jalan untuk kita dan menghormati kita sepanjang jalan dengan banyaknya masyarakat yang berdadah ke arah bus rombongan.”
Perjalanan lancar-lancar saja, di beberapa tempat cuacanya gerimis, tiba kembali di Hotel The Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, tepat jam 15:30 WIB. Tadinya sih mau ikut mobil MK untuk meliput sidang sore, tetapi tidak jadi karena saya lihat turun dari bus, cewek MKTV tersebut kok merah sekali wajahnya saat melihat saja, pasti si DHINI bicara sesuatu untuknya.
Masuk hotel, pintu lobby di buka lebar-lebar untuk semua rombongan, ambil tas, cewek dari Istana Presiden Bogor datang lagi mendekat di sisi saya. Konsep artikel di kursi sofa hotel, cewek Mahkamah Konstitusi lainnya duduk di depan saya memperhatikan aktivitas saya, mukanya merah, yang ini adalah salah satu panitia.
DIA itu bernama Andhini Sayu Fauzia
Demikian ketiga tulisan tersebut saya tayangan kembali, untuk di ketahui oleh setiap pembaca kompasiana.
Add a comment